Azan indah di bulan penuh berkah
Oleh: Muh. Nursalim
Hadis itu ada tiga macam yaitu; qaulan (ucapan), fi’lan (perbuatan) dan taqriron (persetujuan) Nabi Muhmmad saw. Salah satu ibadah yang tidak langsung dari Nabi saw tetapi dari sahabat yang disetujui beliau adalah lafal azan.
Perintah sholat itu turun tiga tahun sebelum hijrah. Artinya di saat Rasulullah saw berada di Mekah ajaran ini sudah diturunkan. Akan tetapi panggilan azan baru disyari’ahkan tahun pertama hijrah Nabi saw ke Madinah. Ada sekitar empat tahun jeda antara pewajiban shalat dengan perintah azan.
Asal usul lafal azan itu tergambar secara baik pada hadis berikut ini.
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ أَنَّهُ قَالَ كَانَ الْمُسْلِمُونَ حِينَ قَدِمُوا الْمَدِينَةَ يَجْتَمِعُونَ فَيَتَحَيَّنُونَ الصَّلَوَاتِ وَلَيْسَ يُنَادِى بِهَا أَحَدٌ فَتَكَلَّمُوا يَوْمًا فِى ذَلِكَ فَقَالَ بَعْضُهُمُ اتَّخِذُوا نَاقُوسًا مِثْلَ نَاقُوسِ النَّصَارَى وَقَالَ بَعْضُهُمْ قَرْنًا مِثْلَ قَرْنِ الْيَهُودِ فَقَالَ عُمَرُ أَوَلاَ تَبْعَثُونَ رَجُلاً يُنَادِى بِالصَّلاَةِ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم « يَا بِلاَلُ قُمْ فَنَادِ بِالصَّلاَةِ ».
Dari Abdullah bin Umar ra berkata, “Suatu waktu ketika kaum muslimin tiba di Madinah, mereka berkumpul sembari menunggu waktu salat. Namun tidak seorang pun di antara mereka yang bisa memberitahukan bahwa waktu salat telah masuk. Sehingga pada suatu hari mereka bermusyarawah untuk membahas persoalan tersebut. Sebagian sahabat mengusulkan agar menggunakan lonceng sebagaimana yang digunakan oleh orang-orang Nasrani. Sebagian yang lain dengan tanduk sebagaimana digunakan oleh orang-orang Yahudi dalam upacara keagamaan mereka. Namun sahabat Umar bin Khaththab berkata “Alangkah baiknya kalian menjadikan seseorang yang bertugas untuk memanggil orang-orang salat”. Kemudian Rasulullah Saw. menyetujui usulan Umar dan berkata, “Wahai Bilal, berdirilah serta panggillah manusia untuk mendirikan salat!”.
Panggilan bilal seperti apa ? apa cukup dengan, “ ayo sholat !”. Karena nabi tidak mengajari bagaimana lafal panggilan azan tersebut. Pada hadis lain diceritakan seperti ini.
عَبْدِ اللَّهِ بْنِ زَيْدٍ قَالَ أَرَادَ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- فِى الأَذَانِ أَشْيَاءَ لَمْ يَصْنَعْ مِنْهَا شَيْئًا قَالَ فَأُرِىَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ زَيْدٍ الأَذَانَ فِى الْمَنَامِ فَأَتَى النَّبِىَّ صلى الله عليه وسلم فَأَخْبَرَهُ فَقَالَ « أَلْقِهِ عَلَى بِلاَلٍ »
Abdullah bin Zaid berkata: “Nabi saw. berkeinginan untuk mencari cara dalam memberitahukan waktu salat (azan), namun beliau belum juga menemukannya”. Abdullah bin Zaid telah bermimpi mengenai kalimat-kalimat azan dalam tidurnya. Lalu dia mendatangi Nabi saw. untuk memberitahukan hal tersebut, kemudian Nabi saw. pun berkata “Ajarkanlah kata-kata itu kepada Bilal!”
Soal mimpi ini, ada sebuah kitab karya Abdullah Al Mun’im Al Hasyimi berjudul Ru’yal Anbiya was Shalihin. Ada sebuah hadis rasulullah tentang mimpinya orang mukmin sebagi berikut:
عَنْ عُبَادَةَ بْنِ الصَّامِتِ عَنِ النَّبِىِّ - صلى الله عليه وسلم - قَالَ « رُؤْيَا الْمُؤْمِنِ جُزْءٌ مِنْ سِتَّةٍ وَأَرْبَعِينَ جُزْءًا مِنَ النُّبُوَّةِ
Dari Ubadah bin Shamit ra, dari Nabi saw bersabda, “Mimpi seorang mukmin itu bagian dari 46 bagian dari kenabian. (Hr. Bukhari)
Jadi, lafal azan yang selama ini kita dengar itu bukan berasal dari Rasulullah saw. Tetapi hasil mimpinya Abdullah bin Zaid yang kemudian disetujui oleh Nabi. Lalu diajarkan kepada Bilal bin Rabah. Pada riwayat lain disebutkan, setelah Bilal untuk pertama kali mengumandangkan azan di masjid nabawi Umar bin Khatab bercerita bahwa ia juga bermimpi yang sama seperti Abdullah bin Zaid. Walaupun itu bukan berasal nabi tetapi beliau cocok dengan ide tersebut maka mimpi sahabatpun dapat menjadi ajaran.
Mengapa Rasulullah meminta Abdullah bin Zaid agar mengajari apa yang dia dapat dalam mimpi kepada Bilal, padahal sebelum itu mantan budak Umayah itu juga belum pernah mengumandangkan azan. Mengapa Nabi tidak menyuruh Abdullah bin Zaid sendiri agar mengumandangkan azan hasil mimpinya. Hadis Nabi di bawah ini menjadi jawabannya.
محمد بن عبد الله بن زيد عن أبيه عن جده قال : أتيت النبي صلى الله عليه و سلم فأخبرته كيف رأيت الأذان فقال القه على بلال فإنه أندى منك صوتا
Muhammad bin Abdullah bin Zaid dari bapaknya dari kakeknya berkata, “aku menemui Nabi saw mengabarkan apa yang aku dapat dalam mimpi” Lalu Nabi bersabda, “Ajarkan kepada Bilal karena dia lebih keras suaranya daripada kamu”. (Hr. Baihaqi)
Muazin itu suaranya mesti keras dan bagus. Lantang, merdu dan nyaring sehingga orang yang mendengarkan terasa nyaman dan bergegas mengambil air wudhu. Soal suara memang anugerah dari Allah maka bersyukurlah orang yang memiliki suara yang bagus. Modal suara bagus ini dapat diarahkan kepada yang positif maupun negatif.
Saya beberapa kali ke Arab Saudi. Suara azan dari setiap masjid di sana bagus-bagus. Imamnya juga gandem bacaan alqur’annya. Bukan hanya di masjid haram dan masjid Nabawi tetapi setiap masjid kudapati seperti itu. Setelah saya tanya sana sini ternyata para muazin dan imam itu petugas negara. Mereka dapat gaji dari raja. Tentu saja karena pegawai negara dipilih melalui seleksi, dan salah satu kriteria utamanya adalah cek sound. Jika suaranya gandem bisa masuk nominasi tetapi bila soak kemungkinan tidak masuk.
Di sini ada beberap mesjid berani membayar muazain dan imam di atas UMR. Karena itu suara muazinnya sangat merdu dan imam saat memimpin shalat juga sahdu. Tetapi pada kebanyakan masjid, muazin dan imam itu dilakukan oleh para relawan, tidak ada insentif apa-apa kecuali mengharapkan balasan pahala dari Allah. Karena itu suaranya macam-macam, ada yang bagus tetapi kebanyakan biasa-biasa saja bahkan di bawah rata-rata.
Sebentar lagi memasuki bulan ramadhan. Untuk menyambut bulan istimewa ini rasanya tidak berlebihan bila pengurus masjid mencari muazin dan imam yang istimewa. Insya Allah banyak pemuda dan santri yang yang suaranya bagus dan bacaan alqur’annya mantab dan tartil. Mereka di booking untuk melayani jamaah selama bulan ramadhan dan dibayar dari hasil kenclengan terawih dan subuh. Saya yakin jamaah antusias untuk mendukung program seperti ini. Sehingga semarak bulan ramadhan semakin indah, semarak dan berkualitas. Wallahua’lam.

Posting Komentar untuk " Azan Indah di Bulan Penuh Berkah"